![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnC87FsoDUkwFuo0Si-JeqCF9cJZZ4gzzMas252KLXo24SUW0OQnXkvvPCdaUdtCDxx6eagFwPWwBij0p2XzkIRl0vgL9WnCJ69drCm161Q-PzK4B8wASVcDR7bIbVvfOtMWJf7GsHAaCj/s400/japan+kaguya.jpg)
Pada suatu hari, ketika kakek itu masuk ke belukar bambu seperti biasanya, terlihat cahaya yang silau entah dari mana. Ia melihat kesekelilingnya, ternyata ada sebatang bambu yang berkilau emas.
Kakek merasa aneh, lalu mencoba memotong bambu itu. Terlihat anak perempuan yang mungil dan manis tengah duduk di dalam bambu yang telah di potong itu.
Kakek mengambil anak perempuan itu kedalam tangannya, lalu membawanya pulang dengan hati-hati.
"Pasti tuhan memberikannya untuk kita yang tidak punya anak."
"Wah, benar-benar anak yang sangat manis."
Kakek dan nenek itu menamakannya Putri Kaguya dan mencurahkan kasih sayangnya kepada Putri Kaguya.
Sejak mulai merawat Putri Kaguya, Kakek selalu menemukan bambu yang berkilau-kilauan emas setiap kali ia pergi kegunung. Jika bambu itu dipotong, didalamnya terdapat gundukan emas. Oleh karena itu, kakek menjadi sangat kaya.
Singkat cerita, setelah dewasa banyak pemuda ingin melamar Kaguya. Namun, tak seorang pun diterimanya. Hingga akhirnya Putri Kaguya kembali ke bulan.
Sang tuan tanah berupaya menggagalkan hubungan cinta tersebut dengan mengajukan syarat: Petani muda tersebut harus membawa seratus simpul dari pohon bambu. Untunglah, muncul Sang Buddha yang memberi bantuan.
Saat petani menagih janjinya, tuan tanah tersebut penasaran dan ingin melihat hasil simpul dari bambu yang menjadi panjang. Anehnya, sang tuan tanah menyatu dengan simpul bambu sampai ia mau merestui hubungan putrinya dengan petani miskin tadi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh24JX3bAH2l2sWKfvPWf1iAkr9UGkgdABoYCBMztqE6cXU9-HhDzWNwr9SDwv9HEjueE3XlN0Bc4MXgA3FAZUmH3LaPZk0UCZHyEwHSjwPHkam8XWohRe9YFA8J-BWGQbOdYYWDUgum60X/s400/filipina.jpg)
Mereka lahir dari batang bambu yang ditanam di taman surga oleh Dewa Kaptan. Mereka ditanam untuk merawat taman surga tersebut. Namun, mereka jatuh cinta.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTnvKJgMbtKWzh5PI5fymRtaquQVsrHOH5pK-LHNS65ZkBGxpqTasFPL8wvewKU139h4ae0Z5iYEcpDIbK33dNxdMZbLvcd1QsqZUiRPCxIZpnZbrLFMVrGm3GVk_R4PCR72_rsG3myAtn/s400/india.jpg)
Alkisah, seorang wanita cantik bernama Murala, wanita dari kasta Bangsawan ingin menikah dengan seorang pria yang ternyata berkasta lebih rendah dari dirinya. Karena merasa tertipu dan kecewa dengan ketidaksetaraan kasta tersebut, Murala lalu memanjatkan doa kepada Dewa Wishnu.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj83bzoHAXnekOQhfzbELT_92SkkjyYUCMogqkIIH1l5QgL52N4eWlIE0K045X1MqCEr16q4Sfdp3Itt-5C09vZ3mz8B-qkm25bZZckJxDYItmlcEzqyREYr0rtnQZ26nyh0P06nK8f3il6/s1600/Angklung_Garut.jpg)
Untuk menolak bala (nyinglar) hama dalam kegiatan mengolah lahan pertanian di sawah dan huma, orang Sunda lama mencipta syair dan lagu sebagai persembahan terhadap Nyai Pohaci. Syair-syair itu dalam perkembangannya disertai tumbukan bunyi antarbatang bambu yang dibuat untuk Nyai Pohaci, sebagai perlambang dewi kesuburan.
Tumbukan bunyi antar batang bambu itu dilakukan sebagai ritus panen padi di huma (ladang) sebagaimana dilakukan di masyarakat adat Kanekes, Baduy (Admadibrata dkk, 2006: 4).
Dalam tradisi macam demikian, alat musik bernama angklung kerap diasosiasikan untuk digunakan dalam ritual panen beras (Piper, 1989: 68). Misalnya di Banten Selatan, orang-orang Baduy memiliki kebiasaan menggoyangkan tiga atau empat angklung ketika menyelesaikan pekerjaan huma sérang, seperti menyucikan lahan yang dapat ditanami pada saat festival kawalu (Kunst, 1973: 363).